Sabtu, 22 Oktober 2016

Maria, Selembar Kertas

karna maria ialah selembar kertas dan allah sendiri melukisinya dengan puisi,
kau mengenalnya
karya yang hidup: yesus kristus
kau mendengarnya
bunyi yang agung dari puncak golgota

Pembenaran

Karena itu dimana-mana kau melihat orang-orang buta diri yang tak dapat melihat kebencian itu muncul dari dalam dirinya, kebencian yang mencari pembenaran serupa binatang buas haus darah: bahwa kebencian mereka itu benar, bahwa kebencian mereka itu suci dan ilahi. Kebencian itu meletup-letup, dan karena panasnya kebencian itu: pertiwi layu dan perlahan rahimnya menjadi padang pasir dahaga.

Tanya

Aku bertanya pada mereka:
"Mengapa kopiku hangat hanya di malam saja? dan mengapa saat pagi tiba dinginnya tak kukenal?"
Namun tak ada jawabnya, wajahwajah tak kukenal berlalu seperti hantu.

Meob

Aku Mau Kau!

Teriakku:
Kau! Kau! Kau!
Bergema lalu hilang
Dan seribu burung kutilang
Terbang
.
Masih, luka biasa
Seset ilalang panjang
Tersangkut, jemari rumput
Dibujuknya aku putri malu
Aku tak mau
.
Teriakku:
Aku mau kau!

Pukul Satu Pagi

Saat aku membuka mata pukul satu pagi/matahari terbit di barat dan ayam berkokok keras sekali/"Ayo sarapan," kata ibu, maka bangkitlah  aku/Kulihat ayah duduk di mejanya, seperti dulu/Ia tersenyum, meneguk kopi, dan tersenyum lagi:/Hei nak, selamat pagi, cepat sekali tidurmu? tanyanya, lalu ia bangkit memelukku/Ada rasa haru mengalir di dada, aliran yang sama seperti saat natal kami dulu/Saat ibu datang dari dapur, ia ikut memelukku:Nak, bagaimana cara kau mati? apakah terasa sakit?

Mantra Tani

Mantra Tani

Apakah kau percaya sebutir benih kelak menjadi teduh usia tua dengan reranting tak pernah layu? Tidakkah kau pernah mendengar bisik akar padi merayu pagi bawakan peluk air yang dirindu?

Mungkin mantra tani tlah menjadi terlalu sunyi di musim ini sampai tak ada seorangpun merasa perlu memberi wangi sesaji bagi tubuh pertiwi.

Senjakala Bukit Duka

 Meob
SENJAKALA BUKIT DUKA
Untuk: @stanzaphile

Senja kala bukit duka
Ilalang panjang menjadi jingga
Dan selalu ada yang tak mau pergi
dari sana, dari tujuh seuntai rindu
pada yang hilang satu
Lihat: lekuk horizon di barat
Yang hanya sehidup sekali
menari lalu mati

Di Depan Kaca

Saat aku membuka mata
di depan kaca
sepasang bayang disana

Hitam lebih tua dari usia
dan satu lagi:
Mahluk apakah itu?

Sepuluh wajahnya
serupa Rahwana
tapi ciut nyalinya

Janin Yang Selamat

/1
saat aku
membuka mata
dan retina
bayang purba

tak dikenali
mimpi siapa
selaput busuk
janin remuk

ia selamat
dari pembantaian
dosa kaum
pemberontak

/2
kuldi terlarang
tumbuh di rahim hawa
ialah dosanya
lempar buang!

saat aku
membuka mata
sebelahnya
tak sempurna

dunia dan aku
saling memandang
di mata kami:
separuh harga

Detik Persiapan - Putika

Detik Persiapan

Mengasah
Runcing Parang

Yogyakarta, 15 Oktober 2016

Sang Pendusta - Puisi Sijo

Meob
SANG PENDUSTA

Bibir berdusta ayun parang pada segala
Lukaluka menganga lapar semburkan murka
Dan kau tak berhenti mengetuk pintu neraka

Yogyakarta, 15 Oktober 2016

Pisau

Mata pisau itu memandangku tajam dari atas meja dapur. Aku takut, ibu sepertinya tak menyadari pisau itu nakal sekali. Dia melihatku terus, ish kupukul dia pakai serbet: plak! Pisau itu terpelanting ke lantai.
.
Sekarang matanya malah dekat sekali ke kakiku!
.
"Ib...i..ib...," bibirku berusaha memanggil ibu tapi tak mampu. Aku takut sekali, pisau nakal itu masih disana.

Sepanjang Siang

Siang sakit kepala dan ada yang perlahan pudar
keangkuhan kubenci padahal sudah kukatakan
mungkin hanya sekali dan tak pernah lagi "apa kabar?"
Bukan, bukan itu pula "sudah di yogya?"
Itu selalu tentang dirimu saja.

Berapa bulan, aku lupa. Sama seperti kecewa yang sudah lupa
"Kenapa tak kembali saja ke menaramu menanti pria-pria hidung belang datang?"
Badanmu tanah milik negara, bisa dipakai seluruh rakyat seenaknya
Menyedihkan, sungguh menyedihkan
Aku satu diantaranya dan mengemis cinta

Di restoran kita duduk berdua saja
aku tak memesan ilalang panjang
aku memesan alis yang senang
dan kau tak memesan
"apa kau mau batu di kali terjal?"
Jam makan berlalu, di meja tersaji tubuhmu binal

Aku tak mau sesuatu yang tak bisa dibawa pulang
Aku tak mau sesuatu yang beku seperti batu
Dan kutahu kau akan tertawa dan melambaikan tangan
"Selamat tinggal, sudah kukatakan bukan?"
Patah hati sendiri itu bajingan.

 Meob

Rumahrumah Bercakap

Rumahrumah bercakap
tentang mereka
cerita ituitu juga:
Menunggu duka pemiliknya


Penjual Bambu

Arak-arakan penjual bambu datang ke kotaku. Pagi-pagi benar, dan tabir turun di mataku: "Apa laku?" sebab kini orang malu pakai bambu.

Hoi kau! Gugat tabirku, aku mau, aku menunggu.

Agar arak-arakan penjual bambu tak pulang dengan malu. Pada kanak-kanak mereka yang minta gawai terbaru. Pada bini-bini mereka yang mau membeli gincu.

Hoi kau! Mau kau membeli bambu?

Kertas Yang Lain

Meob
KERTAS YANG LAIN

ternyata aku berharap
akulah selembar kertas yang lain
di halaman sebelum kau terletak
di mana kau berpaling, dan

perlahan melekat
memeluk robekmu biar tak terlihat
lalu bersama usia
menjadi satu dan cokelat.

aku terus berharap, kita
tak perlu saling menulisi
hanya untuk mengapusnya nanti
lagi, dan lagi

maka katakan saja, apa saja
supaya tak lagi nelangsa
bersama-sama disana
buku sejarah kita berdua

Kulonprogo, 19 Oktober 2016

Pisau

Pada suatu kali hendak pergi ke pasar kudapati ibu meletakkan pisau dan ganti memakai gincu di bibirnya. Aku bertanya, "kenapa ibu tinggal pisaunya dan malah pakai gincu?" Dia jawab "Kalau  mau berbelanja ya pakai gincu."
.
Aku tidak bertanya lagi, sebab sekalipun diberi tahu-pun aku belum akan mengerti. Kecuali dari perhatianku sendiri: jika ibu pergi memakai gincu maka ia akan membawa pulang belanjaan istimewa, lalu ia menghapus gincu dan mulai mencincangnya.

Kelabu

Kadang aku begitu kelabu, ingin rasanya mencabut jantungku sendiri, mencincangnya, melemparkannya ke wajan,dan menumisnya dengan bawang. Tapi jika begitu, aku tak bisa hidup lagi untuk merasakan kegelisahan yang amat sangat. Tak bisa lagi merasai mengawang diantara ranjang dan plafon rumah. Tak bisa merasai lagi harapan yang menderu di paruparu. Juga tak bisa melihatmu lagi nanti. Aku tak mau, maka kupilih kelabu.

Mengadili Persepsi - Seringai

Selamat datang di era kemunduran,
pikiran tertutup jadi andalan.
Praduga tumbuh tenteram,
menghakimi sepihak, sebar ketakutan.
.
Membakukan persepsi, bukan jadi jawaban
atau gagasan bijak.
Selangkah maju ke depan,
empat langkah ke belakang,
kita takkan beranjak.
.
Mereka, bermain Tuhan.
Merasa benar, menjajah nalar.
Dan kalau kita membiarkan saja, anak kita berikutnya.
.
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka!
.
Selamat tinggal, era kemajuan,
lupakan harapan dan kehidupan.
Menjauh dari akar masalah,
mendekatkan kepada kebodohan yang dipertahankan.
.
Privasi. Seni.
Siapa engkau yang menghakimi?
Masih banyak masalah, dan lebih krusial,
tidak bicara asal.
.
Mereka bermain Tuhan.
Merasa benar, menjajah nalar.
Dan kalau kita membiarkan saja, anak kita berikutnya.
Berikutnya?.
.
Sudahkah merdeka??
Sudahkah dirimu merdeka??
.
SERINGAI-MENGADILI PERSEPSI

Air Beriak

Air beriak tanda tak dalam namun ia jernih terbaca tak menyembunyikan apa-apa

Back 2 U - DJ Steve Aoki

BACK 2 U
Steve Aoiki
.
I was a child walking with giants a hundred feet tall
Out in the wild, you wouldn't believe all the things that I saw
I took a high road out in the open under those stars
And all the while, I just got closer to going too far
.
So now I'm running like you set me free out in the wild
I know you want me to come home but it might take a while
I got my heart in my hands while my head's up in the clouds
And only heaven knows if I will make it back to you
.
So I, I just keep running
And I said, oh
And only heaven knows if I will make it back to you
.
Where the sand runs into the ocean's where I'll get lost
And let the raindrops fall all around the castle of cards
Faced with the lions, I felt the courage leading my heart
Cause even I know every battle leaves you with scars
.
#lyric

Kepantasan

Kepantasan
.
Pantaskah aku berbicara tentang bintangbintang di layar? Tentang cahaya yang bergantung di langitlangit granit? Tentang mulus putihnya gelar lantai pualam? Tentang sendok dan piring berbahan perak? Tentang taburan telur ikan di atas roti? Tentang tanda tangan sakti dari sebuah pena? Tentang mesin-mesin balap menawan? Tentang pakaian-pakaian indah? Tentang negeri yang jauh dari katulistiwa?
.
Pantaskah aku yang miskin, bodoh, lagi buruk rupa ini? Pantaskah aku bicara cinta?
.
#katakata #muntahan #kepantasan

Kamis, 20 Oktober 2016

Tipografi Pada Puisi

  • Tipografi disebut juga sebagai ukiran bentuk; ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam tipografi ialah penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-kata suatu puisi.
Seperti kita ketahui,dalam menuliskan kata-katanya, setiap penyair memiliki kegemaran sendiri-sendiri. Ada yang selalu menuliskan semua katanya dengan huruf kecil semua, ada pula yang selalu menggunakan huruf besar pada setiap permulaan kalimat atau baris baru puisinya. Juga dalam menggunakan tanda-tanda baca. Ada yang dalam seluruh puisinya tanpa menggunakan sebuah tanda bacapun. Tetapi ada pula yang dengan setia menggunakan tanda baca.

Berikut ini beberapa contoh berbagai tipografi tersebut :

1. Menggunakan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca,

paman-paman tani utun
ingatlah
musim labuh sawah tiba
duilah

musim labuh kurang tidur ya paman
kerja berjemur dalam lumpur tak makan
sawah-sawah menggempur hancur   
merpatinya wokwok ketekur

(PAMAN-PAMAN TANI UTUN, Piek Ardijanto Suprijadi, Angkatan 66, hal. 462)

2. Menggunakan huruf besar pada setiap awal kalimat, tanpa tanda baca,

Di depan gerbangmu tua pada hari ini
Kami menyilangkan tangan ke dada kiri
Tegak dan tengadah menetap bangunanmu
Genteng hitam dinding kusam berlumut waktu

(ALMAMATER, Taufiq Ismail, Angktan 66, hal. 151)

3. Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap,

Kukitari rumahMu.
Kukitari rumahMu bersama jutaan umat
Ketika Kauturunkan rahmat
meresap ke dalam hati, memercik di sudut mata :
Tuhanku, Tuhanku, ampuni segala dosa kami
Ulurkan tanganMu, bimbing kami
ke jalan lurus yang Kauridoi.
Di bumi ini
dan di akhirat nanti.

(SEMENTARA THAWAF, Ajip Rosidi)

4. Sebagian baitnya menjorok ke dalam,

Laksana bintang berkilat cahaya,
Di atas langit hitam kelam,
Sinar berkilau cahya matamu,
Menembus aku kejiwa dalam.
   
    Ah, tersadar aku, 
    Dahulu .................................... 
    Telah terpasang lentera harapan 
    Tetiup angin gelap keliling.

Laksana bintang di langit atas,
Bintangku Kejora
Segera lenyap peredar pula,
Bersama zaman terus berputar

(SEBAGAI DAHULU, Aoh Kartahadimaja, Gema tanah Air, hal. 51

Mengenai tipografi yang berhubungan dengan susunan baris atau kalimat dalam tiap bait ini pun masih banyak lagi ragamnya.Adapaun maksud penyusunan tipografi yang beraneka macam itu,secara garis besar dapat dibedakan atas 2 (dua) macam :

1). Sekedar untuk keindahan indrawi; maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah dipandang.

2). Untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan.

Marilah kita perhatikan dua buah contoh puisi berikut ini,


Bukan tidak saya letakkan,
Buah delima di atas gudang
        Untuk berbuka bulan puasa.

Bukan tidak saya katakan,
Saya hina dari orang,
       Tuan katakan,tidak mengapa.

Pohon cempedak saya tanamkan,
Pohon nanas kutanam juga,
       Batang mengkudu pemagarnya.

Bukan tidak saya katakan,
Tuan emas, saya tembaga,
       Tidak sejodo keduanya.

(M.I. Nasution, PUJANGGA BARU,hal. 240)

DOA PERAHU

tuhanku
        beritahu
                kini

ke manakah
            harus
                 kupergi

ke muara
           menyongsong
                   laut
                            biru

ataukah
         melawan
                 arus
                     menuju
                              hulu

(Ismed Natsir, Horison, Oktober, 1974)

Dan masih banyak gaya yang lain, yang bisa saudara ciptakan sendiri.

Pengertian Tipografi Secara Umum

PENGERTIAN TIPOGRAFI


Tipografi adalah suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Aspek-aspek Desain Komunikasi Visual :
  • Ilustrasi
  • Teks
  • Tipografi
  • Warna
  • Media
Huruf (Tipo/Typeface/Type/Font) adalah bentuk visual yang dibunyikan sebagai komunikasi verbal.
Tipografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang Huruf dan penggunaan Huruf dalam aplikasi Desain Komunikasi Visual.
Tipografi adalah ilmu atau skill yang berkaitan dengan profesi piƱata aksara di percetakan maupun seniman-seniman yang bekerja di perusahaan pembuat aksara.
Tipografi adalah ilmu yang berkaitan dengan aksara cetak. Tipografi adalah seni dan teknik dalam merancang maupun menata aksara dalam kaitannya untuk menyusun publikasi visual, baik cetak maupun non cetak.
Seni Tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambing bunyi bias diabaikan. Seni merupakan induk dari desain grafis.
Dalam dunia Desain GrafisTipografi adalah sebuah disiplin khusus dalam desain grafis yang mempelajari mengenai seluk beluk huruf (font). Jenis huruf bisa menciptakan kesan-kesan tertentu sesuai dengan tema publikasi.

PENTINGNYA SEBUAH HURUF
Huruf dan tulisan memiliki arti amat penting bagi manusia. Bahkan, yang namanya peradaban atau masa sejarah ditandai dengan peristiwa dikenalnya tulisan oleh manusia. Zaman sebelum ada tulisan sering disebut zaman prasejarah. Kalau Anda melihat ke buku atau ke layar komputer, Anda akan melihat huruf dan tulisan. Di jalanan pun Anda akan melihat tulisan. Di pakaian, di badan mobil dan pesawat terbang, bahkan di gua-gua purbakala Anda bisa menjumpai tulisan. Selain gambar, huruf adalah cara manusia berkomunikasi secara visual.
Sebuah huruf atau font (asal kata dari fountdari typefoundry) adalah serangkaian glyphs yangmempresentasikan karakter-karakter dari serangkaian karakter tertentu didalam typeface tertentu.
Secara tradisional sebuah huruf (font) spesifik dengan ukuran tertentu (tinggi karakter), berat (seberapa gelap teks tampak, missalnya tebal/ bold, atau tipis/light) dan gaya (umumnya regular, italic atau condensed).

Tipe/Typeface atau Font
Satu hal pertama yang Anda bisa perhatikan dari tulisan-tulisan yang berbeda itu adalah, bahwa bukan huruf-hurufnya saja yang berbeda, melainkan jenis hurufnya juga. Huruf “A” atau “a” di sebuah tulisan bisa berbeda dari huruf “A” dan “a” yang lain. Anda tahu bahwa keduanya abjad alfabet yang sama, tapi Anda juga mengamati bahwa jenis hurufnya berbeda. Bisa jadi yang satu lebih tebal atau gemuk dari yang lain, bisa jadi kaki-kaki hurufnya ada yang memiliki tangkai, atau lebih pendek atau lebih panjang, dan sebagainya. Sebuah jenis huruf yang sama kadang diberi nama tertentu (misalnya: Times New Roman).
Jenis huruf ini disebut typeface, atau singkatnya tipe. Sekarang orang juga sering menyebut jenis huruf dengan font, karena file yang berisi informasi sebuah typeface di komputer diberi istilah font (misalnya, di Windows, informasi untuk menggambar tipe Arial disimpan dalam file ARIAL.TTF). Di dalam dunia tipografi tradisional (nondigital), yaitu saat huruf dicetak menggunakan balok-balok logam, font memiliki arti lain kumpulan balok-balok huruf logam yang memiliki satu typeface dan satu ukuran tertentu. Belakangan barulah orang-orang komputer memakai kembali istilah font untuk bidang tipografi digital. Kedua istilah typeface/tipe dan font dalam artikel ini akan dipakai bergantian.

Huruf Sebagai Figur Identitas
Huruf merupakan elemen simbolisasi yang banyak digunakan dalam kegiatan desain grafis, karena dianggap sebagai medium yang paling efektif dalam menyampaikan informasi dan identitas dari sesuatu “entitas”.
Syarat utama agar huruf dapat berfungsi sebagai symbol (pemberi tanda) adalah memiliki bentuk khas, sehingga mudah untuk dikenali (karena mengandung nilai perbedaan dengan yang lain) dan dapat secara tepat diasosiasikan dengan jati dirinya.

Senin, 17 Oktober 2016

Penjual Bambu

Arak-arakan penjual bambu datang ke kotaku. Pagi-pagi benar, dan tabir turun di mataku: "Apa laku?" sebab kini orang malu pakai bambu.

Hoi kau! Gugat tabirku, aku mau, aku menunggu.

Agar arak-arakan penjual bambu tak pulang dengan malu. Pada kanak-kanak mereka yang minta gawai terbaru. Pada bini-bini mereka yang mau membeli gincu.

Hoi kau! Mau kau membeli bambu?

Rumahrumah Bercakap

Rumahrumah bercakap
tentang mereka
cerita ituitu juga:
Menunggu duka pemiliknya

Amin

Kenapa kau begitu jahat?
     Karena kau terkutuk?
Kenapa kau begitu dingin?
     Karena kau tak bisa ingin?
Kukatakan; Amin
     Amin haleluya

Tak Pernah Datang

Tak ada kemuliaan
di harihari terkutuk
Tak ada lengang
di kasur busuk
Bunyi ketipa bertalu
di pesta pilu
Tak ada yang pernah
datang

Siang Yang Panjang

Siang sakit kepala dan ada yang perlahan pudar
keangkuhan kubenci padahal sudah kukatakan
mungkin hanya sekali dan tak pernah lagi "apa kabar?"
Bukan, bukan itu pula "sudah di yogya?"
Itu selalu tentang dirimu saja bukan

Berapa bulan, aku lupa. Sama seperti kecewa yang sudah lupa
"Kenapa tak kembali saja ke menaramu menanti pria-pria hidung belang datang?"
Badanmu tanah milik negara, bisa dipakai seluruh rakyat seenaknya tandang
Menyedihkan, sungguh menyedihkan
Aku satu diantaranya dan mengemis cinta

Di restoran kita duduk berdua saja
aku tak memesan ilalang panjang
aku memesan alis yang senang
dan kau tak memesan apa saja
"apa kau mau batu di kali terjal?"
Jam makan berlalu, di meja tersaji bayang tubuhmu binal

Aku tak mau sesuatu yang tak bisa dibawa pulang
Aku tak mau sesuatu yang beku seperti batu
Dan kutahu kau akan tertawa dan melambaikan tangan
"Selamat tinggal, sudah kukatakan bukan?"
Patah hati sendiri maki bajingan.

Museum Masa Depan yang Tak Pernah Ada

( setelah Baudrillard dan sebelum lupa ) Anak-anak berjalan ke dalam hutan yang disusun dari piksel dan janji manis algoritma. Pohon-pohon...