Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Bulan Di Bulan September

Bunga Dandelion mekar purnama Perempuan itu punya nama Katanya bulan, di bulan September "Peluk aku erat, nanti aku terbang." Lemahlah aku pada rayuan Kutiup dandelion jatuh ke bibir bulan Kataku, Aku angin kemarau "Rebahlah kau di dadaku, biar kupeluk kau mesra, lebih mesra."

Jangan Seonggok Daging

Tak apa kau mengenangku sebagai borok, koreng di pantat, atau infeksi. Bahkan akan lebih bahagia dikenang sebagai gelandangan, pengemis, atau pemulung sampah. Kau tahu apa maksudku bukan? aku tak mau hanya dikenang sebagai seonggok daging: dingin tak bernyawa, tak bisa merasai apaapa.

Jalan Jalang Sepeda Kumbang

Kau memegang stang Aku menggenjot pedal Geal-geol sepeda kumbang Pelirku ngilu dihantam lubang Jalang! Kataku Jalan! Katamu Jalan jalang! Tegasku Kau yang jalang! Tegasmu Siapa pegang stang! Teriakku Kenapa kau bilang jalang! Teriakmu Aku lompat dari sepeda kumbang Kenapa kau bilang jalang! Teriakku Siapa genjot pedal! Teriakmu Kau yang jalang! Tegasku Jalan jalang! Tegasmu Jalan! Kataku Jalang! Katamu Perutmu ngilu dihajar jalan Geal geol sepeda kumbang Kau menggenjot pedal Aku memegang stang

Burungku Sekarat

Duduk aku dengan ponsel ditangan gambarmu dilayar Burungku berkicau lalu diam lagi sebab paruhnya kuikat dengan tali kolor Wah! Gambarmu bergerak! Melambai tangan padaku! Ah brengsek, rupanya video entah untuk siapa Perutku berbunyi ribut sekali Sayang seribu sayang tali kolor sudah kupakai mengikat burung Ibu memanggil, aku tak bisa berdiri Memang lapar dan bodoh kuadrat tapi bolehlah aku suka Melamun aku lihat gambarmu, biar di otak bergambar pantat semua Ibu berteriak, Aku melompat, kolorku tersangkut kursi lipat Keparat, burungku sekarat

KECEMASAN KATANYA

KECEMASAN KATANYA Meob Dokter jiwa cantik punya diagnosa, sebuah penyakit yang disebutnya kecemasan. Dia bertanya, mengapa didepanku kau tampak tak cemas? Saya jawab, mana saya tahu dok. Dia bertanya lagi, saya jawab lagi. Begitu saja beberapa menit. Dia kemudian bingung, saya ikut bingung. Dia baca-baca berlembar tabel di tangannya beberapa menit, saya tidak ngerti. Setelah punggung saya hampir pegal karena tegak tak bersandar, baru dia dia bertanya: apa kamu suka ngemil? Saya jawab, ya. Dia tanya, apa? Keripik bakso pedas goreng, kata saya. Dia kernyitkan dahi terus matanya lihat pada saya, kripik bakso? Ya, kata saya. Bakso diiris tipis-tipis digoreng seperti keripik terus dikasih cabai bubuk. Dia angkat alisnya, lihat tabelnya lalu bertanya lagi: rata-rata kamu tidur berapa jam? Saya gelengkan kepala, saya tidak tahu menghitung tidur. Dia menarik napas, saya juga. Dia bertanya lagi, jam berapa biasanya tidur malam? Saya jawab jam empat. Dia lalu mencoret-coret sesuatu pada lem...

Tidur Siang

Angin kemarau  daun jati pun gugur - Ingin tertidur

Semangka Musim Panas

Buah semangka Merah manis segarkan - Mata ceria

Baik dan Buruk

Tulang yang putih Aspal jalan yang hitam - Anjingpun tahu

Sore Oranye

Sore oranye Jus jeruk segar Aku sendiri

Di Kebun Gayam

Malammalam sunyi di kebun gayam Malam tekateki Engkau sedap Engkau lekat Malammalam sunyi di kebun gayam Malam tekateki Engkau lelap Engkau dekat Pagipun tiba di kebun gayam Akhir dari tekateki malam Aku pulang Aku jalang

Yogyakarta Kota Tua

Kendara malam di kota tua Bangunan dan puing-puing lama Aku bertanya: Masihkah luka dituturkan seperti dulu? Belum lagi pukul dua Gerobak angkringan tak lagi di tempatnya Aku bertanya: Tidakkah lagi teh poci hangatkan jiwa? Pada dinihari di simpang kita Tak lagi kulihat engkau Magdalena Aku bertanya: Sudahkah kau temukan cinta? Akhirnya pagipun tiba di Yogyakarta Segala rupa telah menjadi renta Aku bertanya: Masihkah ada melankolia? *Dibacakan di panggung frige B Festival Kesenian Yogyakarta ke-18 tanggal 3 September 2016.

Mimpi Layanglayang

Angin kemarau terbangkan layanglayang Katakata yang nakal tak mau tidur siang Kelak mimpi beradu lalu terputus satu Katakata siap mengejar mengacung bambu *Dibacakan di panggung frige B Festival Kesenian Yogyakarta ke-28 tanggal 3 September 2016.

Untukmu Selembar Kertas

Untukmu selembar kertas Untukmu sunyi Katakata telah habis Kantungku sunyi, kempis tak berbunyi Untukmu selembar kertas Untukmu bunyi Katakata kehilangan makna Lidahku menarikan bunyi, rapat tak sunyi Untukmu selembar kertas Untukmu puisi Katakata sunyi Lidah berbunyi Puisi ialah sunyi, ialah bunyi *Terinspirasi dari tokoh aku dalam puisi "Kertas" karya Septika Wulan dalam Workshop Ibadah Puisi dalam rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta ke-28 yang diselenggarakan tanggal 2 sampai 4 September 2016. Dibacakan di panggung frige B tanggal 4 September 2016.

Gadis Kertas

Untukmu seorang gadis yang merasi diri adalah selembar kertas Kukatakan padamu kali ini Kukatakan padamu untuk satu kali Jangan! Jangan lukisi dirimu dengan warna-warna kota Karena di simpang jalannya mengandung luka Biarkan! Biarkan aku menulisimu dengan puisi Suatu peta yang membawa cinta pulang ke hati *Terinspirasi dari tokoh aku dalam puisi "Kertas" karya Septika Wulan dalam Workshop Ibadah Puisi dalam rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta ke-28 yang diselenggarakan tanggal 2 sampai 4 September 2016. Dibacakan di panggung frige B tanggal 3 September 2016.

Gadis Kertas

O Gadis kertas Aku ingin menulisimu dengan puisi O Gadis kertas Aku ingin melipatmu dalam origami O Gadis kertas Aku tak ingin kau jadi bungkus nasi *Terinspirasi dari tokoh aku dalam puisi "Kertas" karya Septika Wulan dalam Workshop Ibadah Puisi dalam rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta ke-28 yang diselenggarakan tanggal 2 sampai 4 September 2016. Dibacakan di panggung frige B tanggal 3 September 2016.