Kantin Berjendela Kayu


"Kantin berjendela kayu"



Jendelaku jendela kayu berjaring-jaring kawat bekas pagar. Aku tak malu, yang kutahu hujan diluar sana. Kabut perlahat turun dari puncak-puncak tebing, indah dan sejuk. Malino mungkin seperti ini, tapi itu terlalu jauh dan aku tak punya waktu. Setiap pagi aku harus memasak untuk sarapan orang-orang, sambil mengurus anakku yang rewel dan catatan belanjaan. Siang nanti berlari melayani, lalu memasak lagi untuk malam hari.

Jadi biarkan aku menikmati hujan dari balik jendela kayu sebentar saja. Mungkin sebentar lagi ada pengunjung kantinku datang membeli kopi.






Postingan populer dari blog ini

A Servant's Letter

Ibadah Sepanjang Usia (Dorothea Rosa Herliany)