Sekilas Pengantar Kitab Lukas
Sekilas Pengantar Kitab Lukas
Kitab Lukas
merupakan kitab ketiga dalam pengkanonisasian kitab Perjanjian Baru. Secara
umum, sebagai bahan dasar, Lukas mengambil kerangka Markus, khususnya dari
pasal 1-13, dan bahan ini masih dapat ditelusuri dalam Lukas 3-21. Penulis Lukas
mengawalinya dengan suatu bagian
pengantar pasal 1-2 yang sebelumnya tersusun dari berbagai tradisi. Dalam kisah penderitaan pasal 22-23 diperlihatkan bagaimana penulis Lukas dengan bebas sekali mengubah sumber-sumbernya dan dengan tegas mengalihkan tekanannya. Suatu ciri khas dari bahan Lukas ini adalah tema yang cukup sering kita jumpai yaitu kasih Yesus yang menyelamatkan orang-orang berdosa, orang miskin dan orang yang tersisihkan.[1]
pengantar pasal 1-2 yang sebelumnya tersusun dari berbagai tradisi. Dalam kisah penderitaan pasal 22-23 diperlihatkan bagaimana penulis Lukas dengan bebas sekali mengubah sumber-sumbernya dan dengan tegas mengalihkan tekanannya. Suatu ciri khas dari bahan Lukas ini adalah tema yang cukup sering kita jumpai yaitu kasih Yesus yang menyelamatkan orang-orang berdosa, orang miskin dan orang yang tersisihkan.[1]
Injil ini ditulis sebelum Kisah Para
Rasul ditulis. Hal ini terlihat dalam Kisah Para Rasul 1:1 yang menyebutkan
“buku yang pertama”.
Istilah itu menunjuk pada karya Lukas yang pertama. Waktu penulisannya diperkirakan dalam generasi Kristen yang ketiga sekitar tahun 90 M.[2] Menurut Drewes kitab ini dialamatkan pada seseorang yang bernama Teofilus. Nama ini bukan nama dari Yahudi melainkan nama Yunani. Mungkin sekali ini ia memegang suatu jabatan tinggi dalam pemerintahan kaisar Romawi, sebab perkataan ini ‘yang mulia’ dapat mempunyai arti yang demikian. Dalam perjanjian baru ‘yang mulia’ juga muncul di Kisah para rasul 23:26 dan 24:3, bagi gubernur romawi Feliks, dan di kisah para Rasul 26:25 bagi gubernur Romawi Festus. Maka boleh jadi Theofilus juga memegang jabatan semacam itu. Namun jangan diaanggap Injil Lukas sebagai semacam surat pribadi saja.[3]
Istilah itu menunjuk pada karya Lukas yang pertama. Waktu penulisannya diperkirakan dalam generasi Kristen yang ketiga sekitar tahun 90 M.[2] Menurut Drewes kitab ini dialamatkan pada seseorang yang bernama Teofilus. Nama ini bukan nama dari Yahudi melainkan nama Yunani. Mungkin sekali ini ia memegang suatu jabatan tinggi dalam pemerintahan kaisar Romawi, sebab perkataan ini ‘yang mulia’ dapat mempunyai arti yang demikian. Dalam perjanjian baru ‘yang mulia’ juga muncul di Kisah para rasul 23:26 dan 24:3, bagi gubernur romawi Feliks, dan di kisah para Rasul 26:25 bagi gubernur Romawi Festus. Maka boleh jadi Theofilus juga memegang jabatan semacam itu. Namun jangan diaanggap Injil Lukas sebagai semacam surat pribadi saja.[3]
Banyak ahli yang berpendapat bahwa
kitab Injil yang ketiga itu memang ada sangkut pautnya dengan Lukas, yaitu Dokter Lukas yang namanya ditemukan dalam beberapa
surat Paulus[4]
(Kol.4:14; Flm.1:24; 2 Tim.4:11). Lukas adalah seorang dokter dan memang sering
dikemukakan bahwa penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul menunjukkan
pengetahuan khusus tentang bahasa kedokteran, serta perhatian dalam melakukan
diagnosa penyakit. Hal ini sangat didukung oleh bahasa medis yang digunakan
saat menyebut penyakit, seperti dalam Luk. 5:12, 6:18, 13:11,32; Kis.9:33 dan
seterusnya. Pokok ini banyak diberi penekanan padahal sangat mungkin banyak
istilah kedokteran yang dipakai itu dikenal juga oleh orang cerdas lainnya di
Roma[5].
Lukas dalam penulisannya tidak
bermaksud menulis biografi tentang Yesus menurut arti teknisnya tetapi ia juga
menyadari laporan kepada Teofilus akan mempunyai bobot jika secara tokoh
didasarkan atas fakta-fakta sejarah. Penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa
Lukas juga hendak menulis sebuah uraian sejarah, untuk meyakinkan pihak
non-Kristen, bahwa ke-Kristen-an adalah suatu agama yang sah, yang tidak perlu
dicurigai, apalagi hendak dihapuskan.[6]
Oleh karena itu Lukas memulai ceritanya tentang Yesus dengan agama Yahudi. Dalam dua
pasal pertama Injilnya, ia memperlihatkan kesinambungan agama Kristen dengan
agama Yahudi dalam Perjanjian Lama. Ia mengajak pembaca untuk melihat
peristiwa-peristiwa Yesus yang sudah berlalu ke dalam kehidupan jemaat
kontemporer. Ia menekankan kuasa hidup Yesus di dalam Jemaat, yakni Roh Kudus,
juga memainkan peran sentral dalam pelayanan Yesus[7].
Lukas sendiri bukanlah seorang
Yahudi. Ia mengalamatkan bukunya itu kepada Teofilus, juga seorang yang bukan
Yahudi. Jadi penulis Lukas menulis sebagai
seorang yang bukan Yahudi kepada seorang yang bukan Yahudi.[8]
Pendahuluan pada Lukas 1:3 mengenai Teofilus merupakan petunjuk yang
representatif tentang sidang pembaca. Dalam Kerajaan-Nya tersedia tempat bagi
orang Yahudi maupun Samaria yang saling bertentangan (Luk 9:51-56; 10:30-37),
bahkan untuk orang kafir (Luk.3:6; 4:25-27; 7:9). Dari beberapa petunjuk ini
dapat disimpulkan bahwa sidang pembaca Lukas cukup universal, tidak dibatasi
pada orang Kristen Yahudi saja.
Teks Lukas 10:25-36
berhubungan dengan Markus 12:28-34, juga
Matius 22:34-40. Dalam cerita Markus, sikap ahli Taurat itu nampak dihargai,
tetapi dalam cerita Lukas dan Matius ia datang untuk mencobai Yesus. Tetapi
hanya dalam Lukas ditampilkan adanya penceritaan yang lebih panjang, cerita ini
secara konkret menguraikan sifat radikal dari kasih agape dalam kaitan dengan nilai yang lebih sempurna dari korban
bakaran dan sembelihan pada Markus 12:33.
[1] Marxsen Willi., Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2009. Hlm 186
[2] Marxsen Willi., Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2009. Hlm 194
[3] B.F Drewes., Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010. Hlm 231
[4] B.J.Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996, hlm.3
[5] John Drane. Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1995, hlm.112
[6] S. Wismoady
Wahono, Di Sini Kutemukan: Petunjuk
Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 102001, hlm.374
[7] B.F.Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, hlm.225