Dua : Altar

Hei, sudah hampir natal
Lantas?
Ya, bulan Desember lah..apa memangnya jika
bukan mengenai batas waktumu hahaha..Bel natal akan berbunyi ting-ting-ting-ting dan kamu akan panik seperti biasanya hahaha
Tidak jadi
Loh?
April
Kamu tunduk?
Mau apalagi? Kondisi sedang tidak baik, lagipula kenapa kamu bertanya? menyebalkan
Hahahaha..coba ulang lagi
Apa?
Bilang “menyebalkan”
Menyebalkan?
Tidak-tidak harus lebih muda, lebih kekininian
Ah, apa sih..
“Nyebelin”, coba bilang
Nyebelin..sudah
Hahahaha
Kenapa lagi?
Mirip lho
Mirip apa?
Mirip dia,hahahaha
Sialan! Kangen?
Iyalah, bodoh
Hahahaha..sudah-sudah, sudah runtuh
Iya, tau kok
Ya sudah jangan mengganggu
Gaya mu, itu tanganku, itu juga tubuhku, kok mengganggu
Jadi kita mau kemana besok? rencanakan dari sekarang
Ya ampun, sudah setahun lebih kita bersiap. Jangan pura-pura lupa
Susah
Memang
Terus?
Ya sudah bersiap
Ya ampun berputar-putar
Hahahahha, mana bisa kondisi begini. Memang kita cukup punya informasi? Tidak toh
Tunggu berhenti dulu, biar punya kebebasan dan waktu luang. Begitu saja ya?
Ya boleh
Tapi bagaimana dengan tagihan? pusing
Jadi itu alasanmu tunduk?
Ya mau bagaimana lagi, kita kan butuh jaring pengaman selama nanti menganggur
Kerja dulu saja bagaimana, sembaranglah,  di tempat serupa pun boleh
Kecil
Ya memang
Takut terburu-buru
Cih, mau menjala paus?
Ya kamu tahukan itu keharusan untuk dicoba
Setahun lebih ini saja sulit
Jangan diulang-ulang, menghancurkan semangat saja itu
Hahahaha...luka lama
Sudah-sudah
Kita akan begini saja kegiatannya? Santai-santai begini?
Membaca?
Cuma tambah pusing
Lantas maumu apa?
Tidak tahu
Saya suka begini
Kenapa?
Santai
Tapi membosankan
Kan aku membaca, belajar lagi lah
Kamu baca apa
Sosiologi
Durkheim?
Ya
Yang sakral dan yang profan?
Iya, tapi belum mengerti-mengerti juga
Biasanya kamu sok tahu, coba ceritakan
Ya begitu
Lah, begitu apa? katanya sudah membaca
Tentang masyarakatlah intinya
....
Kok diam?
Aku mendengarkan
Lah, pernikahan itu lho
Apa?
Ikatan kesetiaan manusia pada masyarakatnya
Kok pada masyakarat? Kan pernikahan itu soal dua insan saling mencintai
Pernikahan itu ritual, kebahagiaan yang positif yang melibatkan keseluruhan anggota keluarga
Sudah sering dengar, menyatukan dua keluar besar kan?
Tuh kan, kamu mengerjaiku
Tidak kok, omong-omong soal pernikahan apa yang kamu lihat?
Berdasarkan teori?
Bebas, menurutmu saja boleh
Soal seks, hahaha
Kenapa soal seks? Kok tertawa?
Mesum
Dasar, lanjutlah
Memusingkan
Kenapa?
Penuh kemunafikan
Kok bisa?
Apa gunanya kesetiaan dan ritual sakral jika sejatinya isinya tidak
Tapi pernikahan kan tidak selalu soal seks
Memang benar, aku tidak bicara lebar kok
Lantas apanya yang munafik?
Karena rupanya tidak lebih dari makan dan minum, tapi di bumbui dengan bumbu-bumbu agamis yang sebenarnya mengganggu
Kenapa?
Kalo hanya mau itu kan tidak perlu menikah, bahkan ada yang berkali-kali. Tak perlu juga mencari rupa-rupa pembenaran
Apa melulu soal kelamin? Itu kan topik yang sangat luas dan tidak mungkin dipukul rata
Seksualitas sebenernya, aspek yang sangat cair dari manusianya sendiri
Hahahaha, individu kan?
Cair sekali, tak terbatas. Kadang aku melihat sisi yang bukan sekedar makan dan minum, tapi benar-benar cair hanya sejauh bagaimana wadahnya berada demikian bentuk-bentuknya bisa dilihat.
Sedang berkaca?
Tidak
Apa kita tidak sedang berputar-putar?
Seperti biasanya kan? mengalir saja
Kemana?
Kemana lembah hidup membawa kita
Sok puitis
Hahaha, kan cair mengalir seperti sungai di taman eden
Hahaha, sungai polusi
Ya polusi, tidak bisa dihindari
Kenapa?
Bagaimanapun wadah tidak diciptakan individu, kan dirinya sendirinya pun begitu saja lahir di tengah masyarakat dengan rupa-rupa ketersediaan warisan.
Maksudmu? Harta?
Bodoh, bukan! Bagaimana kamu tahu mana laki-laki mana perempuan jika tidak tersedia pengetahuan yang tinggal kau pakai itu?
Ritual-ritual pubertas juga ya, hukum-hukum sosial
Wadah bisa meracuni isi
Kenapa bisa?
Memangnya kamu mau dapat darimana selain dari masyarakat kita?
Dari luar?
Lah, semuanya kan juga masyarakat tempat dimana kita meluncur lahir dari rahim ibu? Mau kau lahir di belahan dunia manapun, tetap di dunia kan?
Sedang mencari pembelaan?
Tidak, lebih baik untuk tidak menyalahkan siapa-siapa
Tapi itu takdir, takdir masyarakat untuk menjadi sakit dan mengamputasi dirinya sendiri. Maksudmu itu kan?
Sedikit banyak iya, tapi tidak dengan kata-kata sakit
Tabu
Hemmh, korban penebusan
Seperti Yesus?
Barangkali, demi tatanan baru masyarakat
Pemurnian?
Termasuk, jika itu tatanan baru yang dituju adalah tatanan yang lebih murni
Berputar-putar saja
Ya, barangkali memang akan terus begitu
Kalau begitu, tidak mungkin untuk tidak menyalahkan siapa-siapa
Isi yang teracuni tetap dianggap tak bisa dipakai lagi, sebaik-baik apapun disayang dan tetap disimpan
Korban harus ada?
Hahaha agama lagi? Maksudmu soal ketetapan Tuhan?
Jika hal itu adalah pikiran yang membahagiakan untuk menjadi rela dan menerima
Untuk menjadi bagian dari ritual sakral?
Ya
Menyedihkan sekali
Aku tahu maksudmu, aku paham kemana pembicaraan ini. Sudahlah, sudah..
Tentu saja kamu tahu
Lantas?
Kamu pernah melihat sendiri atau menonton film tentang bagaiamana ritual pengorbanan berjalan
Hewan pernah, tapi manusia hanya di film saja
Kamu pernah melihat mata mereka saat digiring ke pembantaian?
Itu kan akting saja
Coba pakai hati, rekonstruksilah seperti kenyataan
Dengan sedih berjalan tertunduk ditengah sorak sorai ritual, ada film yang menunjukan korban penebusan berjalan dalam kebanggaan
Menurutmu mereka kesepian?
Bagaimanapun kematian harus dihadapi sendirian kan?
Mungkinkah ada seseorang yang dengan gagah berani maju dari keramaian dan menyelamatkan sang korban dengan membawanya lari dari kerumunan?
Benarkah ia ingin diselamatkan?
Entahlah, tapi ritual harus terus berjalan
Korban pengganti?
Itu konsep lama yang..
Tidak merubah apapun

Kita berdiri di titik yang rumit
Memandangi si pengantin naik ke altar
Terlalu takut untuk maju
Tidak rela turut bersorak
Ada yang salah
Tapi harus terjadi
Kenapa matanya memandangiku
Apa yang ingin kau katakan?
Isyaratmu menghujam jantungku, tapi tak ku mengerti apa
Apakah engkau suci?
Namun wajahmu adalah wajah kita semua
Jangan memandangku! Aku tak tahan!
Katakanlah jangan dengan isyarat
Angin keraslah yang mematahkan dahan
Katakan dari altar, apa yang harus kulakukan untukmu?

Tapi harus terus mengalir
Sebisa-bisanya tidak terhanyut ya?
Hahahaha..menjaga kewarasan itu sulit
Apa yang waras?
Naik ke altar
Untuk?
Menemaninya menghadapi kematian
Tapi tidak dengan mudahnya setiap orang menjadi korban, itulah haram! kudus!
Itulah hal yang paling waras, tidak peduli apapapun kita harus ada untuk dia
Mati bersama? Demi apa?
Entah
Cinta?
Mungkin itulah pernikahan yang sejati, menari bersama dalam pengorbanan
Terlalu idealis, mengawang-awang, kemana-mana, tidak jelas!
Hahaha..
Tapi mungkin benar
Menyebalkan
Hahahaha..coba ulang lagi
Apa?
Bilang “menyebalkan”
Menyebalkan?
Tidak-tidak harus lebih muda, lebih kekininian
Ah, apa sih..
“Nyebelin”, coba bilang
Nyebelin..sudah
Hahahaha
Kenapa lagi?
Mirip lho
Mirip apa?
Mirip dia,hahahaha
Sialan! Kangen?
Iyalah, bodoh

Tapi untung saja
Apa?

Kita bukan pemimpin ritual itu..

Postingan populer dari blog ini

A Servant's Letter

Ibadah Sepanjang Usia (Dorothea Rosa Herliany)