Di kamar ini, langit-langit selalu rendah,
seakan menahan segala rahasia yang tak boleh jatuh.
Dindingnya menghafal bisik-bisik,
detik jam yang lelah berulang,
dan suara kucing hitam yang tak pernah tidur.
Ia datang setiap malam,
menyelinap lewat jendela yang lupa dikunci,
membawa langkah-langkah sunyi
dan sepasang mata kuning yang terlalu banyak tahu.
Ia menatapku seperti menatap luka yang tak ingin sembuh.
Di luar, lorong kost panjang dan sunyi,
hanya cahaya lampu neon yang berkedip seperti ingatan buruk.
Aku tak pernah tahu siapa penghuni kamar sebelah,
hanya suara gesekan kertas dan batuk yang tertahan,
seperti seseorang yang berusaha menghapus namanya sendiri.
Kucing hitam itu tak pernah mengeong,
hanya duduk di sudut kasur,
mengawasi malam yang tak ingin selesai.
Kadang aku berpikir,
barangkali ia pemilik kamar ini sebelum aku.
Barangkali aku hanya tamu,
dan kamar ini adalah rahasia yang memeliharaku.
