Rumah Yang Lain

Rumah yang lain di atas bukit. Halamannya daut jati. Entah kapan mereka tumbuh, entah kapan mereka jatuh. Rindu pada tanah milik siapa yang mereka beban, akupun tak tahu. Hanya sapi-sapi di kandang kaki bukit yang rajin menjawab. Tetapi aku tak mengerti lenguhan, hanya keluhan yang kupunya.

Kuduga mereka meratapiku.

Di rumah milik ibu, aku seperti mencari jawab yang tak ingin kudapat. Melompat-lompat lalu meledakkan pertanyaan. Terluka sendiri lalu menebar luka. Rumahku sendiri terkunci, luka itu menyebar di jalanan.

Kudengar bunyi daun-daun jati jatuh di halaman.

Postingan populer dari blog ini

A Servant's Letter

Ibadah Sepanjang Usia (Dorothea Rosa Herliany)