Jogja Sehabis Hujan
Dari jendela tampak jalanan basah di pelintasan. Sekejap tanya menjalar perih di lambung:
Berupa apa basah hujan yang kulewatkan?
Berupa apa basah hujan yang kulewatkan?
Kota menjadi terlalu sunyi dari manusia. Kotak-kotak besi, disana mereka bersembunyi. Dibalik layar-layar kecil, dan buku yang sama.
Terlambat ataukah tepat, itupun juga tidak diketahui. Satu yang pasti: Keretaku tiba sehabis hujan.
Kelak gelisah menyambutku. Ingatan tentang ditemukannya surat tanpa alamat di Malioboro dan burung-burung ngasem yang tak mau berbunyi begitu dibawa pulang.
Lalu wajahmu, aku tak mau lagi.
(Jogja sehabis hujan, dari balik jendela gerbong KA Fajar Utama. Awal April 2016)
(Jogja sehabis hujan, dari balik jendela gerbong KA Fajar Utama. Awal April 2016)