Tidur Siang

Dibawah atap logam tipis yang lebih mirip oven menjelang lebaran, seorang laki-laki tertidur. Seperti adonan kue kering lidah kucing diatas loyang, laki-laki itu terlentang diatas hamparan tikar bertelanjang dada. Dia tidak nampak peduli dengan udara panas di bilik kayu beratap seng itu, meski keringat berkilap basah di badannya.

Renyah, gurih, dan manis. Bukankah demikian impian di siang bolong? Jadi siapa pula perlu peduli. Bahkan jika dia bermimpi buruk seperti harga gabah yang tiba-tiba jatuh lalu dengan terpaksa dia menghitung ulang penjualan hasil panen di kolong rumah, dia tidak mengatakan apa-apa dalam tidurnya.

Perlahan-lahan seorang perempuan menaiki tangga kayu di depan rumah kayu itu. Ia nampak berhati-hati melangkah, namun derik sambungan kayu lantai tidak bisa dia sembunyikan dibalik bungkusan plastik hitam yang ia bawa. Di teras rumah atas perempuan itu sedikit mengintip melalui jendela, sesaat nampak ingin mengetuk dan memanggil nama seseorang tapi diurungkannya. Akhrnya ia meletakkan bungkusan itu di atas meja kecil dekatnya, lalu beranjak pergi.

Postingan populer dari blog ini

A Servant's Letter

Ibadah Sepanjang Usia (Dorothea Rosa Herliany)