Kabar-kabar Datang Terlambat

Lucu sekali, hari ini aku diberi tahu tentang natal yang datang terlambat. Tidak, bukan apa-apa. Hanya saja mungkin karena disana tak ada kaus kaki tergantung. Jadi kuberikan alamatmu kembali (alamat yang kukira benar). Semoga sampai padamu, meski kulupa apa itu.

Lalu aku berpikir bahwa barangkali benar tentang teori kebetulan itu ada. Baru semalam, tadi siang, lalu bertubi sore ini kabar tentangmu sampai dalam amplop-amplop. Satu amplop coklat dari peri kertas di lembah kaki api, dan yang lain terbungkus amplop kulit kiriman si anak bajang. Taukah kamu apa yang kurasa saat kubaca?. Aku masih peduli, tapi segalanya jadi lebih baik begini.

Besok penggantiku datang, meski banyak yang memarahiku tapi ini harus. Aku ingin bersikap baik, aku ingin bersibuk, aku ingin memenuhi janji, aku akan pulang dan aku masih ingin menemuimu. Tapi tidakkah semuanya menjadi terbalik-balik dan tak mungkin diluruskan?. Bagiku kamu harus mati, hanya saja kamu tak mungkin mati. Segalanya akan tetap menggantung seperti embun, dan berharap terik siang menguapkannya.


Postingan populer dari blog ini

A Servant's Letter

Ibadah Sepanjang Usia (Dorothea Rosa Herliany)