Istana Pasir Kaleng Kenangan
Anak kecil itu pergi dengan istana pasirnya, ia mencari seorang pangeran untuk menghuni tembok-tembok itu. Di kota dagang ini semuanya ada, tapi apa yang ia cari sesuatu yang tak bisa dibeli.
"Samudra terlalu lebar, aku bosan bermain ombak. Datang dan pergi sesuka hati, aku bosan"
Sepertinya dongeng semalam membakar hatinya; Dahulu kala seorang Laksamana dari daratan Naga mendarat di utara, membawa guci-guci ajaib dan pangeran tampan dari jauh. Selembar tikar niscaya bergulung terbuka menghampar asa, ia bertanya "dimana utara itu?"
"Disana, sisi yang lain dari arga paku Jawa" ia memandang ke mana ujung jari menunjuk.
"Jauh?"
"Menurutmu?"
"Ya"
Ia benar-benar pergi, juga dengan seikat kaleng kenangan berkelontang di punggung. Dongengnya belum usai, potongan itu terlanjur tertidur dalam harinya. Ada lembar yang belum ia dengar; luka, bilur-bilur terlanjur yang mungkin takkan membiarkannya kembali.