Pengantar, Untuk Penahbisan Pdt. Wibowo
Mengenal Mas
Bowo adalah cerita masa kuliah di Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta yang
semenjak awal mula. Pertama kalinya saya bertemu dia
pada Tes Masuk Gelombang Satu sekitar bulan Juli tahun 2005 dan saya masih ingat pakainnya saat itu. Ternyata saya diterima dan dikemudian hari saya tahu dia juga diterima dengan Nomor Induk Mahasiswa satu nomor diatas saya. Entah jodoh atau bukan, tapi kami dalam satu kelas yang sama di kelas Bahasa Yunani Dasar pada semeseter awal, dan ini berarti kami akan menempuh mata kuliah dalam kelas yang sama dalam jalur Hermeneutika Perjanjian Baru selama usia studi kedepan di Fakultas Teologi. Ada banyak kenangan, yang pasti Mas Bowo memang usianya diatas kami waktu itu tapi dia orang yang mudah beradaptasi dan termasuk otaknya encer, bagi saya dia adalah partner studi yang penting dan sodara yang mendukung dalam banyak hal. Tapi kemudian di akhir masa kuliah saya jarang bertemu dengan Mas Bowo setelah stage dan selama skripsi, karena saya bekerja duluan sebelum lulus di Sulawesi Selatan sementara dia menyelesaikan studi lebih dahulu di Yogyakarta. Sampai kemudian belum lama ini saya diberitahu bahwa ia akan ditahbiskan.
pada Tes Masuk Gelombang Satu sekitar bulan Juli tahun 2005 dan saya masih ingat pakainnya saat itu. Ternyata saya diterima dan dikemudian hari saya tahu dia juga diterima dengan Nomor Induk Mahasiswa satu nomor diatas saya. Entah jodoh atau bukan, tapi kami dalam satu kelas yang sama di kelas Bahasa Yunani Dasar pada semeseter awal, dan ini berarti kami akan menempuh mata kuliah dalam kelas yang sama dalam jalur Hermeneutika Perjanjian Baru selama usia studi kedepan di Fakultas Teologi. Ada banyak kenangan, yang pasti Mas Bowo memang usianya diatas kami waktu itu tapi dia orang yang mudah beradaptasi dan termasuk otaknya encer, bagi saya dia adalah partner studi yang penting dan sodara yang mendukung dalam banyak hal. Tapi kemudian di akhir masa kuliah saya jarang bertemu dengan Mas Bowo setelah stage dan selama skripsi, karena saya bekerja duluan sebelum lulus di Sulawesi Selatan sementara dia menyelesaikan studi lebih dahulu di Yogyakarta. Sampai kemudian belum lama ini saya diberitahu bahwa ia akan ditahbiskan.
Pilihan kami berbeda dan penahbisan ini
menujukan perbedaan itu. Kasarnya, siapa sih yang mau: “bekerja” tanpa job description yang jelas?, waktu kerja
tidak terhingga?, tuntutan banyak pihak yang merasa diri sebagai pemilik kebun
anggur?, komentar-komentar yang entah apa?, dan memberikan diri sepenuhnya pada
konsumen? saya sih tidak tapi ternyata Mas Bowo mengambil pilihan itu. Sebagai
seorang saudara, sebenarnya saya tidak rela jika kelak dia mengalami
peristiwa-peristiwa yang melukai hati dan tidak menjadi damai sejahtera untuk
dirinya. Tapi jika saya tidak rela, itu hanya posesif semata dan saya tidak
menghargai pilihan Mas Bowo untuk dirinya sendiri. Maka tidak lain dan tidak
bukan, saya hanya bisa mendukung Mas Bowo dari jauh untuk menjalani pilihannya
yang sulit. Kiranya Tuhan Memberkati.
Pangkajene
dan Kepulauan, 21 April 2015
Meob
PS: Maaf terlambat, edit dewek
ya.