Empat : Aku dan Aku
Sekarang tinggal kita
Haha, iya
Tidak, kita bersalah
Memang, lantas kita harus bagaimana?
Aku tidak tahu, ini hanya ketaatan
Kita bersalah karena taat, apa kau tidak bisa lihat?
Oh, bulan-bulan terakhir ini?
Yap! Terasa kan?
Ya, mulai menjauh
Kita cuma taat pada keinginannya untuk pergi
Dia butuh alasan dan kita memberikannya
Hahaha aku sedih
Sama, tapi mau bagaimana lagi?
Masih ada aku
Haha iya, masih ada aku
Tapi aku anak nakal apa kamu tidak apa-apa?
lho sama kan? Aku juga anak nakal
Aku kepalsuan pemberontakan
Aku ketakutan pada kematian
Aku keputusasaan
Aku kemalasan
Aku alasan kosong
Aku alkohol yang memabukkan
Aku masa muda yang sia sia
Akulah distorsi
Akulah volume maksimal
Hentakkan kakimu!
Ayunkan kepalamu!
Aku dan aku
Dua jari di udara
Merasa lebih baik?
Sedikit
Bagaimanapun tidak bisa untuk tidak memikirkannya
Mana mungkin tidak bisa, sudah terlalu lama
Kenapa tidak dari dulu?
Aku juga tidak tahu
Agak aneh, kita kan begini-begini saja meski beberapa waktu kemarin agak keterlaluan
Rasanya sesak
Ceritamu tidak menarik
Dari dulu memang begitu
Lantas kenapa meledak?
Cuma kita yang mengikatkan diri, kamu tahu bagaimana kita berusaha dua tahun terakhir
Tapi semakin tidak dipedulikan
Aku manja
Hahaha memang
Apa salah? Tidak-kan?
Aku tidak bisa bilang
Jadi kamu tetap beranggapan dia yang ingin pergi?
Sudah kutulis dalam surat yang lalu kekawatiran itu, dia makin ragu dan makin ragu
Apa jawabannya?
Tidak ada
Memilih masalah di masa depan, bukannya katanya begitu?
Kalau yang dicari masalahnya kan akan tetap ada, apalagi jika hanya sedang melihat masalah
Semuanya masalah? Hahaha kita kan memang bermasalah
Dia tahu itu dari dulu
Kenapa baru akhir-akhir ini?
Andaikan aku tahu, sejauh-jauhnya kudapati dia ingin pergi
Apa saja jejakmu?
Kamu tahu, kadang kupikir romantis meneleponnya di jam kerja sekedar 5menit
Bukannya dia senang?
Awalnya, tapi dia bilang mengganggu..Rasanya seperti harapan untuk senyuman yang patah
Konyol kamu
Ingat kan, waktu bertemu dulu dia lebih memilih pergi katanya sudah berjanji
Oh jadi kamu pulang tapi dia malah membuat janji dengan orang lain? Tapi bukannya janji harus ditepati?
Memang, tapi bukankah janji bisa tidak dibuat?
Hemh....
Kamu masih..
Ya sangat, ini bukan waktu yang singkat..
Kalau ada kesempatan?
Tidak
Kenapa
Sudahlah dia memang ingin pergi, alasan apapun bisa dibuat kan?
Aku merasa memang tahun ini berat
Ya, ini bukan tentang kita dan dia saja. Banyak orang yang menggantungkan nasib bersama kita
Rasa bersalah?
Meski diluar jangkauanku untuk membuat masalah itu apalagi menyelesaikannya
Kamu mengorbankan janjimu untuk ini?
Janji bisa tidak dibuat
Alasanmu saja itu
Menurutmu apa aku mudah berjanji bila tidak diminta?
Kita belajar untuk tidak berencana tapi sulit mengatakan tidak
Setidaknya kita punya prinsip
Cih, prinsip atau terpaksa?
Dua-duanya, aku tidak akan membantah
Tidak akan meninggalkan siapapun bila sedang jatuh?
Ya! Tapi semuanya berkebalikan bila itu tentang diri kita sendiri
Aku butuh dia nyaris setiap saat
Nafas yang menggerakkan langkah
Berdiri tegak biarpun lemah
Hahaha..
Tapi kan dia sibuk
Aku tidak tahu bedanya sibuk dan tidak meluangkan waktu
Butuh energi besar dan perselisihan untuk sekedar membuat dia tidak pergi
Dan kita belajar taat dengan kata yang lembut
Berjalan berbalik
Kan sudah kubilang dia ingin pergi
Sudah runtuh
Sudah, semua sudah runtuh
Bagaimana kalau dia tidak kembali?
Biarkan saja mati jika itu maunya
Tidak ingin mengejarnya?
Walaupun ingin, tapi mungkin tidak usah
Apakah nanti kita akan menemuinya lagi?
Entah
Aku ingin
Aku tidak
Bagaimana kalau ia ingin ditemui?
Tak ada angin
Kamu lemah
Kenapa tidak dari dulu?
Karena kita sedang jatuh
Kelak akan berdiri kembali kan?
Ikuti saja alirannnya
Disini diantara tujuh bukit?
Ada sungai yang mengalir dari hilir ke hulu, kamu pernah melihatnya kan?
Disaat-saat tertentu, arusnya berbalik unik sekali